Nama : dody ari wibowo
Kelas : 4ea12
Npm : 10208391
Kamis, 8 Oktober 2009 | 04:01 WIB
PADANG, KOMPAS.com - Derita
korban gempa 7,6 SR di Sumatera Barat (Sumbar) ternyata belum mampu menyentuh
hati sejumlah oknum warga yang selamat untuk bersimpati meringankan dampak
musibah ini. Sebaliknya, mereka malahan justru menangguk untung berlipat dengan
menjual kebutuhan pokok jauh di atas harga wajar. Rabu malam (30/9), beberapa jam setelah bumi
berguncang, ribuan warga yang terjebak antrean panjang kendaraan untuk
menyelamatkan diri dari kemungkinan terjadinya tsunami di Padang telah
disuguhkan lonjakan harga gila-gilaan. Di tengah antrean ribuan mobil dan
sepeda motor di ruas-ruas jalan yang gelap karena listrik padam, beberapa pemuda
menawarkan air mineral gelas dengan harga Rp 2.000 sedangkan biasanya hanya Rp
500 per gelas. Warga yang haus dalam antrean, terpaksa membeli dengan harga
yang telah naik tiga kali lipat itu. Ada juga yang menjual rokok Rp 15 ribu
hingga Rp 20 ribu per bungkus sedangkan harga normalnya hanya Rp10.000 per
bungkus. "Sehari pascagempa, saat warga butuh bahan bakar untuk
transportasi, banyak pedagang eceran menjual bensin dengan harga tak wajar,
sedangkan membeli ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) harus antre
berjam-jam," kata Budi warga di pesisir Pantai Tabing, Padang. Di saat
kebutuhan akan bahan bakar minyak, ada oknum warga yang sempat membeli bensin
di SPBU dengan harga wajar, tapi kemudian justru menjual lagi harga hingga Rp
40 ribu per liter. Karena memang sangat butuh untuk transportasi dan
menghidupkan mesin genset karena listrik PLN padam total, banyak warga yang
terpaksa membeli bensin eceran dengan harga gila-gilaan. "Saya terpaksa
harus beli bensin itu untuk bahan bakar sepeda motor yang akan dipakai untuk
melihat saudara dan keluarga saya yang belum diketahui nasibnya pasca
gempa," tambahnya. Melihat kondisi demikian, pemerintah bersikap cepat
dengan mengusahakan pendistribusian BBM ke SPBU-SPBU pasca gempa. Instruksi
langsung dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro
membuat upaya percepatan pendistribusian BBM dapat berjalan cepat. Pada hari ke
tiga pascagempa, pasokan BBM ke SPBU-SPBU di Padang dapat mulai lancar
dilakukan sehingga antrian panjang pembeli dapat diatasi dan pedagang eceran
yang sebelumnya menjual harga melangit terpaksa gigit jari dan menurunkan
kembali harga.
Harga di tingkat eceran langsung anjlok menjadi Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per liter dan masih diburu pembeli yang belum mengetahui pasokan BBM ke SPBU telah normal kembali. Namun sebelumnya, ratusan orang dengan sangat terpaksa membeli bensin mencapai Rp 40 ribu perliter dengan pasrah, sebaliknya oknum pedagang tersenyum puas dapat untung berlipat-lipat. Lonjakan harga kebutuhan pokok pascagempa tidak hanya terjadi pada BBM tapi juga beberapa pelayanan jasa dan barang yang sangat dibutuhkan masyarakat atau relawan yang datang ke Sumbar untuk membantu mencari korban yang hilang. Harga yang naik menggila itu seperti tarif taksi yang mencapai Rp 500 ribu sekali jalan, atau kebutuhan bahan masakan seperti cabe yang naik menjadi Rp 100 ribu per kilogram. "Kita tahan dulu makan dengan lauk-pauk pakai cabe. Harga cabe tak terjangkau lagi, karena ada yang menjual Rp 100 ribu di pasar pagi," kata Rama seorang ibu rumah tangga. Mie instan sebagai bahan makanan praktis dan sangat dibutuhkan saat masa darurat juga melonjak tinggi harganya dari biasa Rp 25 ribuan per kardus menjadi Rp 75 ribu per kardus. Kehadiran Menteri Perdagangan Marie Pangestu dengan agenda mengantar bantuan, tidak berdampak besar terhadap upaya menstabilkan harga, sehingga beban masyarakat tetap semakin berat setelah sebelumnya masih trauma karena gempa.
Harga di tingkat eceran langsung anjlok menjadi Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per liter dan masih diburu pembeli yang belum mengetahui pasokan BBM ke SPBU telah normal kembali. Namun sebelumnya, ratusan orang dengan sangat terpaksa membeli bensin mencapai Rp 40 ribu perliter dengan pasrah, sebaliknya oknum pedagang tersenyum puas dapat untung berlipat-lipat. Lonjakan harga kebutuhan pokok pascagempa tidak hanya terjadi pada BBM tapi juga beberapa pelayanan jasa dan barang yang sangat dibutuhkan masyarakat atau relawan yang datang ke Sumbar untuk membantu mencari korban yang hilang. Harga yang naik menggila itu seperti tarif taksi yang mencapai Rp 500 ribu sekali jalan, atau kebutuhan bahan masakan seperti cabe yang naik menjadi Rp 100 ribu per kilogram. "Kita tahan dulu makan dengan lauk-pauk pakai cabe. Harga cabe tak terjangkau lagi, karena ada yang menjual Rp 100 ribu di pasar pagi," kata Rama seorang ibu rumah tangga. Mie instan sebagai bahan makanan praktis dan sangat dibutuhkan saat masa darurat juga melonjak tinggi harganya dari biasa Rp 25 ribuan per kardus menjadi Rp 75 ribu per kardus. Kehadiran Menteri Perdagangan Marie Pangestu dengan agenda mengantar bantuan, tidak berdampak besar terhadap upaya menstabilkan harga, sehingga beban masyarakat tetap semakin berat setelah sebelumnya masih trauma karena gempa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar